Selasa, Oktober 21, 2008

Potensi Sumber Ekonomi Maluku Utara

POTENSI sumber ekonomi Maluku Utara luar biasa, mencakup sumber daya perikanan, sumber daya lahan dan hutan, sumber daya mineral dan energi, sumber daya pertanian dan tanaman holtikultura, serta potensi wisata dan budaya.
Potensi lestari perikanan Maluku Utara mencapai 239.191,25 ton/tahun dari outstanding stock yang dimiliki sebesar 478.382,50 ton/tahun. Potensi ini terdiri dari ikan pelagis besar seperti tuna, cakalang, tongkol, cucut, tenggiri dan pelagis kecil seperti teri, kembung, layang dan jenis-jenis selar. Ikan demersal seperti kakap merah, lencam, ekor kuning, gulama, gerot-gerot, kerapu dan potensi nonikan seperti cumi-cumi, teripang, lobster kepiting, rumput taut, ubur-ubur/jelly fish dan mutiara.
Hingga kini, produksi baru mencapai 56.849,65 ton/tahun, tingkat pemanfaatan baru mencapai 23,8% dari potensi lestari. Pada 2006 tingkat pemanfaatan mencapai 83.758,64 ton atau 34,58% dari potensi yang dapat dimanfaatkan--masih under exploitation, sehingga peluang investasi perikanan dan kelautan di Provinsi Maluku Utara masih sangat terbuka.
Perikanan tangkap merupakan salah satu kegiatan ekonomi yang akan menjadi salah satu prime mover karena kontribusinya cukup besar, yaitu 83.758,64 ton atau 86,44% dibandingkan perikanan budidaya dan pengolahan. Kegiatan perikanan tangkap menghasilkan berbagai jenis hasil tangkapan berupa ikan konsumsi bernilai ekonomis tinggi, diantaranya ikan pelagis besar seperti cakalang (Katsuwonus pelamis), tuna (Thunnus spp), tongkol (Euthynnus spp), dan jenis-jenis ikan pelagis kecil seperti kembung (Rastralliger), layang (Decapterus), tembang (Sardinella spp), dan selar (Selaroides spp)
Hasil identifikasi jenis-jenis ikan yang ditangkap oleh nelayan di sekitar perairan pantai terdapat sekitar 98 jenis ikan, 74 di antaranya bernilai ekonomis penting, 20 jenis telah dikomersialkan, termasuk di dalamnya cumi-cumi (Loligo spp), teri (Stelephorus spp) dan nener bandeng, serta 12 jenis ikan hias ekosistem terumbu karang.
Disamping luasnya kawasan pesisir dan laut dengan kualitas perairan memungkinkan pengembangan budidaya laut, terutama kerapu, lobster, rumput laut dan mutiara. Selain itu, pada beberapa kawasan tersedia suplai air tawar yang berkualitas sehingga cocok untuk pengembangan Budidaya payau. Bahkan beberapa kawasan memiliki sumber air tawar yang berkualitas menjadi alternatif bagi pengembangan budidaya air tawar (kolam). Hingga tahun 2006, volume produksi Budidaya baru mencapai 20,43 ton atau 0,02% dengan nilai sebesar Rp 833,18 milyar atau 0,03% dari total volume dan nilai produksi.
Begitu pula luas hutan bakau di Provinsi Maluku Utara diperkirakan mencapai 20.000 hektar. Dari penyebaran luasan tersebut dapat dikonversi untuk dijadikan lahan usaha budidaya tambak sebesar 40-50%. Sampai saat ini kegiatan usaha Budidaya tambak yang dikelola masyarakat/pengusaha baru mencapai 10%. Dengan demikian peluang di bidang ini masih sangat terbuka.
Luas perairan potensial budidaya rumput mencapai ± 5.000 Ha dan baru dimanfaatkan petani sebesar 0,05% dari potensi perairan. Sampai saat ini jumlah produksi yang dicapai sebesar 500 ton/tahun dan merupakan bahan baku pembuatan ekstrak. Peluang investasi pembuatan ekstrak ini masih sangat terbuka karena belum ada kompetitor.
Begitu pulau potensi perairan untuk pengembangan Budidaya mutiara cukup besar, hanya saja pemanfaatan dan investasi di bidang ini masih sangat kecil. Dengan demikian masih sangat terbuka peluang investasi,
Hingga kini jenis-jenis ikan yang dapat dibudidayakan adalah jenis kakap merah, kerapu --baik kerapu bebek maupun kerapu campuran, baronang dan samandar. Luas potensi perikanan yang dapat dikembangkan untuk Budidaya ikan ini diperkirakan ± 10.000 hektar. Sementara potensi budidaya air tawar yang telah dikembangkan adalah ikan mas dan nila.
Khusus daerah penangkapan untuk pelagis besar (tuna dan cakalang) di perairan Maluku Utara adalah meliputi Ternate dengan daerah penangkapan meliputi perairan Pulau Hiri, Laut Maluku. Tidore meliputi perairan Halmahera Tengah, Pulau Makian dan perairan Tidore bagian selatan. Bacan meliputi perairan Selat Obi dan Laut Maluku. Sanana daerah penangkapan meliputi perairan Sula dan Laut Seram. Buli, daerah penangkapan meliputi perairan Laut Halmahera, serta Morotai, daerah penangkapan meliputi perairan Pasifik Selatan dan Laut Halmahera.
Musim penangkapan pelagis besar dilakukan sepanjang tahun dengan musim puncak untuk daerah penangkapan Ternate, Tidore : Januari - April dan September – Oktober, Bacan, Februari - Mei dan September - Oktober, Sula : Februari - April dan September – Desember, Morotai Januari - April dan September – November.
Sedangkan daerah penangkapan untuk pelagis kecil dan demersal di perairan Maluku Utara meliputi Teluk Kao untuk kembung, teri dan bambangan, Gane Barat dan Timur, kakap merah, kerapu, bambangan, biji nangka, Bacan meliputi kakap merah, kerapu, bambangan, swanggi, lencang, golama dan laying, Morotai, kerapu, kakap, bambangan, kue dan kembung. Kayoa, ikan layang dan ekor kuning. Loloda, kakap merah, bambangan, kembung. Wasilei : teri, julung dan kembung dan Buli/Patani kakap, lencang, cucut, dan layang.
Musim penangkapan untuk pelagis kecil dan demersal dilakukan sepanjang tahun, sedangkan daerah penangkapan untuk non fish meliputi daerah Kepulauan Sula dan Taliabu : angel fish (Pomachantidae), kepe-kepa morishidol (Zanctidae), bendera, trigger fish (Skordaenidae). Morotai dan Loloda : angel fish, morishidol, trigger fish, Bacan, Gane, Obi dan Kayoa : angelfish, morishidol, trigger fish, Buli dan Patani : angel fish, morishidol, dan trigger fish
Sampai dengan 2006, unit armada penangkapan yang beroperasi di wilayah Provinsi Maluku Utara sebanyak 1.924 unit --terdiri dari motor tempel 612 unit, kapal motor 98 unit, dan perahu tanpa motor sebanyak 1.214 unit. Secara umum alat tangkap yang dioperasikan di wilayah Perairan Maluku Utara dikategorikan dalam 7 jenis. Hingga tahun 2006 jumlat alat tangkap mencapai 16.978 unit.
Sementara prasarana budidaya dikembangkan dalam rangka meningkatkan produksi budidaya perikanan, yaitu budidaya laut, tambak dan kolam. Hingga tahun 2006 prasarana budidaya yang telah dikembangkan di Provinsi Maluku Utara 4.170,98 Ha.
Pusat Pendaratan Ikan (PPI) yang terdapat di Provinsi Maluku Utara sebanyak 2 PPI, yakni PPI Bacan dan PPI Tobelo. Pusat pendaratan ikan ini telah memiliki prasarana pokok, fungsional dan penunjang. Hingga tahun 2006 produksi perikanan dan kelautan Provinsi Maluku Utara sebesar 96.912.645 ton dengan nilai mencapai Rp. 5.461.007,44,-Dari total volume dan nilai produksi ini dihasilkan oleh kegiatan perikanan tangkap, budidaya dan pengolahan.
Produk perikanan yang dihasilkan di Provinsi Maluku Utara diperdagangkan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi lokal maupun kebutuhan bahan baku industri pengalengan (canning) pada beberapa provinsi di luar Maluku Utara dalam bentuk perdagangan antarpulau/interinsuler, tetapi yang sangat dominan adalah pasar ekspor dengan Negara tujuan Jepang, Singapura, Korea, Perancis, dan Hongkong.
Hingga tahun 2006 pemasaran intersinsuler terdiri dari 13 jenis komoditas dengan total volume produksi sebesar 118.554 ton dengan nilai Rp. 442.500.000. Sektor perikanan merupakan sektor yang strategis dalam menarik investor. Menyadari hal ini, Pemerintah Daerah pun mendukung tumbuh kembangnya investasi sektor ini. Hal itu diwujudkan baik melalui produk hukum maupun perencanaan pembangunan.
Pada produk hukum Pemda tersebut dengan menyiapkan Perda yang berhubungan dengan kemudahan Perizinan Pengusahaan Perikanan, Pengujian Mufu Hasil Perikanan, Pelelangan dan Antarpulau, Penggunaan Jasa PPI serta ekspor
Produk hukum tersebut dalam rangka memberikan kepastian hukum dan kepastian berusaha bagi para investor yang telah menanam investasi di daerah ini. Kebijakan pemerintah di bidang perizinan dapat ditempuh dengan 5 (lima) hari kerja, yang dibagi menjadi 3 (figa) hari kerja untuk meneliti administrasi kelengkapan dan persyaratan dan 2 (dua) hari kerja untuk memproses Surat Izin Usaha dengan mekanisme maupun prosedur yang sangat sederhana, mudah dan cepat.
Prasarana pendukung pun ditingkatkan. Misalnya Pusat Pendaratan Ikan (PPI) dan Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) dilengkapi dengan cold storage serta lahan kosong yang siap disewakan kepada calon investor. RACHMAN SAMIUN


Tidak ada komentar: