Jumat, Oktober 24, 2008

Maluku Utara : Menyambangi Potongan Surga di KTI


POTENSI pariwisata di Maluku Utara terutama dari peningggalan sejarah dan adat-istiadat--meliputi Kesultanan Moloku Kie Raha, Kesultanan Tidore di Soasio, Kesultanan Ternate di Kota Ternate, dan berbagai bentuk kesenian daerah. 
Potensi wisata kelautan (bahari berupa pulau-pulau dan pantai yang indah dengan taman lautnya serta berjenis-jenis ikan hias. Potensi wisata alam di antaranya adalah batu lubang di Sagea Kecamatan Weda. Hutan wisata yang dapat diperuntukkan bagi kepentingan taman national di Lolobata kecamatan Wasile dan Aketajawe Kecamatan Oba memiliki spesies endemik ranking ke-10 dunia (sementara dalam proses perencanaan Bird Life oleh Bank Dunia).
Daerah Maluku Utara pada masa sebelum bangsa-bangsa Eropa datang di sekitar abad ke-16 telah mempunyai sistem pemerintahan kesultanan yang mengatur kehidupan politik, pemerintahan, sosial-ekonomi dan sosial-budaya. Sistem pemerintahan Moloku Kie Raha (Ternate, Jailolo, Bacan dan Tidore) umumnya berjalan di atas partersip executive (bobato ngaruha = dewan empat) dan legislatif (bobato nyagimoi setufkange = dewan delapan belas sebagai unsur perwakilan, ditunjuk, dipilih Kimelaha Labuha, Kimelaha Tabona Walola).
Masyarakat Maluku Utara memiliki tata cara, adat-istiadat yang merupakan identitas kesatuan tersendiri. Hal ini dapat dilihat dari 3 wilayah kultural yaitu, wilayah kultur Ternate yang meliputi Kepulauan Ternate, Halmahera Utara dan Kepulauan Sula. Wilayah kultur Tidore yang mencakupi Kepulauan Tidore dan Halmahera Tengah/Timur 
Wilayah kultur Bacan yang meliputi Kepulauan Bacan dan Obi. 
Kediaman suku bangsa yang mendiami daerah Maluku Utara yang berasal dari bangsa-bangsa Melanesia dan Polinesia terdiri dari kurang lebih 28 suku bangsa, antara lain Tobaru, Wayoli, Tobelo, Galela, Sahu, Modole, Togutil, Sawai, Buli, Bajo dan lain-lain. Bahasa daerah di Kepulauan Maluku Utara bervariasi, sedikitnya ada 29 bahasa daerah, dan untuk wilayah pulau-pulau bagian barat Halmahera tidak termasuk dalam rumpun bahasa Melayu.
Setiap wilayah kultur selalu menggunakan bahasa kesatuan yaitu Bahasa Ternate, Tidore dan Bacan. Pada umumnya penduduk daerah Maluku Utara dapat memahami bahasa Ternate dan Tidore.
Daya kreatif masyarakat tetap ada meskipun proses infiltrasi budaya terjadi sejak masa lampau. Hal itu tampak pada dansa, lagu, siokona, anakona, dan seni suara daerah. Seni suara daerah, misalnya moro-moro, saluma, dingo, kabata ngofa bira, togap donci, tide, soya-soya, mara bose, dendang haisua, gala haisua, cakalele, sisi, waleng, lala dan sebagainya. 
Maluku Utara ternyata menyimpan kekayaan dan keelokan alam serta beragam tempat bersejarah yang tak boleh dilewatkan. Obyek wisata di Provinsi Maluku Utara sangat beragam, seperti Wisata Alam, Bahari, Flora dan Fauna, Makanan Tradisional serta pantai-pantai yang cukup banyak dengan keunikan dan karateristik yang tak kalah menariknya dengan daerah lain. 
Sebut saja pantai Tagalaya, Dorume dan Dodola di Halmahera Utara yang bagaikan anak gadis baru tumbuh dewasa. Eksotis. Selain objek tersebut, tak kalah menarik situs-situs peninggalan sejarah Kerajaan Islam serta budaya dan seni tradisional yang cukup banyak sehingga objek dan daya tarik parawisata tersebut bila dikembangkan dengan sistem promosi yang terpadu dan didukung dengan ketersediaan infrastruktur wilayah yang nantinya mempermudah akses bagi para wisatawan baik asing maupun lokal dengan demikian sektor ini pada saatnya dapat merupakan penyumbang pendapatan daerah.
Hamparan pulau-pulau dengan pasir putih dan kejernihan airnya yang berwarna kebiruan di Maluku Utara menggambarkan daerahnya ini bak sepotong surga di Kawasan Timur Indonesia (KTI). Hamparan pasir putih dengan air lautnya yang jernih berwarna kebiruan, menjadi pemandangan menakjubkan di hampir seluruh pulau-pulau yang ada di daerah itu. Saat singgah di pantai Domure, maka akan anda di perhadapkan pada hamparan pasir putih yang sangat halus dan berkilauan oleh sorotan mentari timur Indonesia. Kilauan itu disebabkan karena pasir putih di Domure mengandung biji besi. 
Selain itu juga kita bisa menyaksikan ombak laut yang besar di Domure, sehingga bagi anda yang senang surfing, bisa datang ke pantai Domure di Halmahera Utara khususnya pada bulan Desember untuk dapat menikmati sapuan gelombang besar bersama papan surfing anda. Selain hamparan pantai berpasir putih, Maluku Utara juga memiliki beberapa telaga yang menawarkan keindahan panorama alam natural. Salah satunya Danau Duma. Begitu menginjakkan kaki di tepian danau ini, Anda akan melihat air yang begitu tenang dan jernih sehingga cocok untuk berenang, memancing atau pun mendayung. 
Selain memiliki panorama yang sangat indah di tempat pariwisata ini juga anda bisa menikmati Hidangan Ikan Mujair Segar karena di Tepian Telaga Duma juga terdapat Kerambah Ikan Mujair. Selain Telaga Duma juga terdapat telaga lain yang salah satunya dinakaman dengan nama Telaga Biru dengan air yang sangat jernih dengan warna kebiruan. Di Telaga Biru ini, menurut legenda, jaman dahulu para bidadari dari khayangan sering mandi di telaga ini. 
Keunikan di Telaga Biru ini, saat mata anda melihat setiap dedaunan yang jatuh ke tengah telaga selalu hanyut ke tepian, sehingga air telaga tetap jernih dan bersih. Buat anda yang gemar wisata bawah laut, anda harus datang ke pantai Tagalaya, Bobale dan Taman Laut Tobo-tobo. Ketiga tempat ini konon sering digunakan para wisatawan untuk kegiatan menyelam. Di sini anda juga sering dijumpai beberapa wisatawan asing yang sedang menikmati keindahan wisata bawah laut di Tagalaya. Anda dapat menyaksikan secara langsung keragaman biota laut yang asri di tambah dengan hamparan pasir putih dan panorama pohon bakau dengan merpati putih dan birunya. Bagi anda yang suka menyaksikan secara langsung berbagai peninggalan sejarah perang dunia kedua, anda wajib datang ke daerah Kao dan Galela. Menurut sejarah, dahulu Kao merupakan basis pertahanan pasukan Jepang di kawasan Pasifik. Bekas peninggalan yang masih ada seperti empat meriam antik, dua bunker, landasan pesawat terbang, dan tiga kapal laut. 
Sedangkan di desa Pule kecamatan Galela juga terdapat peninggalan perang dunia kedua antara lain dua meriam dan juga landasan pesawat. Di desa Samuda kecamatan Galela Barat, anda dapat melihat sebuah bunker peninggalan Jepang yang masih berdiri kokoh. Masih ada banyak lagi tempat-tempat menakjubkan yang bakalan memacu decak kagum kita setiap kali melewati atau singgah di pulau-pulau di Maluku Utara. 
Anda tentu pernah mendengar tentang Morotai. Untuk sampai ke Morotai, jika terbang dari Jakarta diperlukan waktu sekitar tujuh jam, setelah transit di Makasar, anda akan singgah terlebih dahulu di Ternate, ibukota provinsi Maluku Utara. Jika kesulitan melanjutkan perjalanan Ternate–Morotai dengan pesawat terbang, tersdia jalur darat yang kemudian dilanjutkan dengan speedboat melewati Selat Morotai. 
Sekilas, perjalanan ini akan sangat melelahkan. Tapi anda tak perlu khawatir mengingat keindahan alam yang bertebaran di antero Maluku Utara, kelelahan itu dengan mudah terbayarkan. Sampai di Morotai, anda akan melihat langsung lapangan terbang dengan tujuh run way peninggalan sejarah dan saat ini hanya satu run way yang dibangun. Disekitar 24 kilometer selatan Daruba, ibukota kecamatan Morotai Selatan, anda bakal sampai di Pulau Sumsum, salah satu areal tempat tinggal McArthur saat berada dalam situasi genting. Di dekat dermaga kayu pulau ini terlihat sisa ponton-ponton Sekutu, walaupun sudah mengalami kerusakan akibat perjalanan waktu pemandangan ini menjadi begitu beda dan unik. 
Terlebih saat berjalam beberapa kilometer masuk ke pedalaman pulau, ada sebuah gua yang konon disediakan sebagai tempat persembunyian McArthur.Tak jauh dari situ, terdapat Pulau Dodola dengan air laut yang jernih memamerkan padang rumput laut dan karang-karang elok yang bisa membuat para pendatang jadi malas pulang. Dodola terdiri dari dua daratan yang dihubungkan dan dikelilingi hamparan pasir putih. Ketika air laut pasang, pulau ini tampak terbagi dua menjadi Dodola Kecil dan Dodola Besar. Ketika surut, pasir putih menjadi "jembatan" indah yang membelah dua perairan.
Ada yang menyebut, Dodola merupakan "tempat McArhur berekreasi". Situasi berubah jadi janggal. Seperti janggalnya membayangkan sumber mata air di Morotai, yang kini disebut Air Kaca karena kejernihannya, sebagai "tempat mandi McArthur".
Obyek tujuan wisata yang bisa ditemui di Maluku Utara bukan hanya sampai disini, tetapi masih puluhan lokasi lain yang tetap memikat, lengkap dengan jenis-jenis kesenian tradisional yang relatif terpelihara. 
Berada di Kepulauan Maluku Utara, nuansa eksotika laut kawasan timur Indonesia terasa begitu kental. Banyak yang menyebut, bentangan nusa ini bak nirwana di tepian Samudera Pasifik. Sebagai bagian dari gugusan kepulauan Maluku Utara, sudah sejak lama dikenal memiliki pemandangan kehidupan bahari yang sangat memesona. Tak heran jika keindahan ini mengundang banyak wisatawan nusantara dan mancanegara untuk datang kesana menikmati. 
Laut di Kepulauan Maluku Utara umumnya sangat kaya akan ragam biota. Kehebatan lukisan alam, aneka flora dan fauna hadir di bersama berbagai jenis spesies ikan warna-warni dan hewan laut. Bahkan tanpa menyelam, berbagai jenis mahluk karang dapat dinikmati dari permukaan laut Maluku Utara yang biru dan jernih. Keindahan taman laut yang disertai hangat pancaran sinar mentari terasa lengkap untuk dinikmati oleh siapa saja yang mencintai keindahan alam. 
Potensi pariwisata di Maluku Utara juga meliputi peningggalan sejarah dan adat-istiadat, budaya dan berbagai bentuk kesenian daerah. Bahasa daerah di Kepulauan Maluku Utara bervariasi, sedikitnya ada 29 bahasa daerah, dan untuk wilayah pulau-pulau bagian barat Halmahera tidak termasuk dalam rumpun bahasa Melayu.
Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Maluku Utara terus mengintensifkan promosi wisata yang ada di daerah itu, di antaranya melalui penyebaran brosur mengenai potensi wisata disana. "Promosi potensi Wisata, kita sebar melalui pengusaha biro perjalanan di kota-kota besar di Indonesia serta melalui perwakilan Indonesia di luar negeri," ujar Arief Armaiyn, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Maluku Utara pada suatu kesempatan pada KORIDOR.
Melalui penyebaran brosur mengenai potensi wisata ini, diharapkan wisatawan domestik dan mancanegara dapat memperoleh informasi yang lengkap dan menarik tentang potensi wisata Maluku Utara.
Menurut Arief, potensi wisata Maluku Utara yang dipromosikan melalui brosur itu, meliputi potensi wisata bahari, budaya dan alam. Khusus potensi wisata bahari, yang dipromosikan adalah objek wisata pantai Guraici, Pulau Zum-Zum, Pulau Dodola, Pantai Pantai Luari, pantai Manaf serta pantai Wai Ipa.
Obyek-obyek wisata pantai itu, dipastikan akan diminati wisatawan, karena sangat indah. Selain memiliki pasir putih yang pada saat air surut mencapai ratusan meter, juga di perairan sekitarnya terdapat kawasan terumbu karang yang sangat indah.
Hubungan transportasi dari dan ke daerah itu sangat lancar, baik melalui transportasi laut maupun udara. Khusus melalui transportasi udara, hampir seluruh daerah kabupaten/kota di Maluku Utara dapat dijangkau.
Sedangkan transportasi laut, hampir setiap kapal-kapal ukuran sedang dan speadboat dapat melayari daerah-daerah itu. Bahkan kini telah sebuah hotel bintang empat Amara Hotel Bela International telah ada di Kota Ternate. Meski begitu Pemda Maluku Utara sangat mengharapkan kehadiran investor untuk membangun hotel berbintang, termasuk untuk mengelola potensi wisata yang ada di daerah itu. Pemda akan memberikan berbagai kemudahan kepada investor yang bersedia menanamkan modal di Maluku Utara," ujar Arief. 
Maluku Utara termasuk provinsi baru di kawasan Timur Indonesia. Ia merupakan pemekaran provinsi Maluku berdasarkan UU No.46 Tahun 1999. Usia boleh muda, tetapi peran dalam sejarah dunia perlu diperhitungkan. Salah satu wilayah yakni Pulau Morotai pernah ikut andil dalam sejarah Perang Dunia II. Pulau Morotai, menjadi saksi bisu dalam pertempuran antara tentara Jepang dan sekutu yang dikomandani Amerika Serikat. Pada zaman Perang Dunia II, pulau ini menjadi pangkalan militer pasukan Amerika Serikat.
Sisa-sisa peninggalan perang, seperti meriam, benteng, dan senapan, masih dapat dijumpai di pulau ini. Namun, sayang, sisa-sisa peninggalan itu sudah jarang ditemui karena oleh masyarakat setempat barang tersebut dimanfaatkan menjadi kerajinan tangan. Rongsokan senjata dilebur menjadi kerajinan besi putih yang dihiasi mutiara.
Lokasi peninggalan Perang Dunia (PD) II ini berpotensi menjadi tempat pariwisata unggulan. Sampai sekarang, ada beberapa mantan tentara PD II yang bernostalgia mengenang keterlibatan mereka di Halmahera. Peninggalan PD II di antaranya Pulau Sum-Sum tempat persembunyian Jenderal Douglas MacArthur, panglima perang tentara Sekutu, dan Pulau Bobale di Kecamatan Kao.
Sebagai daerah kepulauan, Morotai, Kabupaten Halmahera Utara memiliki potensi pariwisata bahari. Gugusan Pulau Dodola, Kokoya, Ngele-Ngele di Kecamatan Morotai memiliki pantai pasir putih, ikan hias, dan terumbu karang. Wisata pantai terdapat di Pantai Kupa-Kupa di Kecamatan Tobelo Selatan, Pantai Luari di Kecamatan Tobelo. Telaga Duma dan Telaga Makete di Kecamatan Galela, Telaga Lina di Kecamatan Kao, dan Telaga Paca di Kecamatan Tobelo. Bagi penggemar olahraga selam, Pulau Morotai memiliki taman laut yang indah untuk dinikmati. Namun, sampai saat ini potensi pariwisata bahari di Halmahera Utara belum dikelola dengan baik.
Selain potensi pariwisata, potensi utama Kabupaten Halmahera Utara diperoleh dari perkebunan dan jasa. Penduduk Halmahera Utara bergantung pada pertanian, terutama perkebunan kelapa dan cengkeh. Luas areal perkebunan kelapa tahun 2007 sebesar 47.900 hektar dengan produksi 68.500 ton. Kecamatan Tobelo, Tobelo Selatan, dan Galela paling banyak menghasilkan komoditas kelapa.
Pengolahan kelapa selama ini terbatas pada produk kopra. Produk dalam bentuk kopra dibawa ke Surabaya melalui Pelabuhan Tobelo. Di sana komoditas ini diolah lebih lanjut menjadi minyak kelapa.
Rempah-rempah seperti cengkeh juga menjadi andalan. Sepertiga luas areal dan produksi cengkeh di Maluku Utara disumbang oleh Kabupaten Halmahera Utara. Kecamatan Morotai Selatan, Malifut, dan Kao merupakan produsen terbesar di Halmahera Utara. Pada tahun 2006 areal tanaman cengkeh 2.667 hektar dengan produksi 494 ton.
Sebanyak 78 persen wilayah Halmahera Utara terdiri atas perairan. Oleh karena itu, potensi perikanan wilayah ini tidak bisa dipandang sebelah mata. Lokasi strategis penangkapan ikan berada di perairan Tobelo, Tobelo Selatan, Morotai, Teluk Kao, dan Laut Maluku Utara. Jenis ikan yang terdapat di perairan Halmahera Utara di antaranya pelagis besar seperti cakalang (Katsuwonus pelamis), tuna (Thunus spp), layaran (Isthiophorus spp), dan lemadang (Coryphaena spp). Jenis pelagis kecil juga banyak dijumpai, seperti ikan layang, kembung, teri, selar, dan julung-julung. Jenis ikan demersal seperti kakap merah, pisang-pisang, baronang, dan jenis ikan ekonomis tinggi seperti kerapu sunu dan kerapu bebek juga banyak dijumpai dari hasil tangkapan nelayan Halmahera Utara.
Komoditas perikanan lain seperti kepiting kenari, cumi-cumi, mutiara, dan ubur-ubur atau lebih dikenal dengan nama jelly fish banyak dijumpai di perairan Teluk Kao. Di perairan Morotai, nelayan banyak mendapatkan lobster bambu, batik, dan mutiara. Rumput laut, teripang pasir, teripang lotong, dan teripang hitam juga sering dijumpai.
Produksi perikanan Kabupaten Halmahera Utara tahun 2006 sekitar 16.700 ton. Kecamatan Tobelo dan Tobelo Selatan paling besar menyumbang produksi perikanan ini. Produk perikanan digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi lokal maupun bahan baku industri caning di beberapa daerah di luar Kabupaten Halmahera Utara, seperti Manado dan Jakarta. 
Pengapalannya dilakukan di Pelabuhan Tobelo untuk didistribusikan lebih lanjut ke daerah lain. Ada pula yang sampai dikapalkan ke Jepang. Kabupaten Halmahera Utara juga memiliki potensi pertambangan. Nusa Halmahera Mineral (NHM), sebuah perusahaan pertambangan emas, sudah sejak tahun 1990-an melakukan eksploitasi emas di daerah Kao dan Malifut. Di kecamatan Loloda Utara, tepatnya di Pulau Doi, juga terdapat eksploitasi mangan. 
Kabupaten Halmahera Utara juga memiliki potensi pertambangan. Nusa Halmahera Mineral (NHM), sebuah perusahaan pertambangan emas, sudah sejak tahun 1990-an melakukan eksploitasi emas di daerah Kao dan Malifut. Keberadaan perusahaan ini bagi daerah setempat dirasakan terutama pada program pembangunan masyarakatnya. Setiap tahun NHM memberikan dana Rp 2 miliar untuk menjalankan program ini. Di kecamatan Loloda Utara, tepatnya di Pulau Doi, juga terdapat eksploitasi mangan.
Pembangunan prasarana pemerintahan dan penyusunan struktur organisasi masih menjadi fokus utama Halmahera Utara, sampai-sampai aparat pemerintah masih menomorduakan promosi potensi daerah. 
Selain obyek Pulau Morotai, salah satu pulau di Maluku Utara yang gambarnya bisa dilihat sehari-hari pada lembaran uang seribu rupiah yakni Pulau Maitara. Pulau Maitara letaknya hanya 30 menit dengan menggunakan speed boat dari Ternate, ibukota Provinsi Maluku Utara. 
Untuk menjangkau pulau Maitara, hanya menyewa spead boat yang saban hari parkir di pelabuhan Bastiong Ternate. Hanya dengan Rp 20 ribu per orang PP, spead boat bisa mengantar, kemudian menjemput kembali sesuai waktu yang disepakati. Jarak Ternate-Maitara hanya dapat ditempuh dengan sekitar 5 menit, maka para pengunjung tak perlu khawatir. Sebelah Timur terdapat Pulau Tidore
Pulau ini memiliki air lautnya masih jernih, karena jernih pengunjungi bisa melihat ikan-ikan kecil berwarna biru berenang disana sini. Pantainya masih alami, dan dijejeri perahu-perahu ketinting di pantai milik nelayan serta bangku-bangku semen yang diatapi. 
Di pesisir pantai, sebagian tertanami pohon bakau, pantainya nyaris sama.
Jika tertarik ke Maluku Utara, rencanakan perjalanan anda menyibak keelokan alam nusantara. Anda tak perlu khawatir, di Maluku Utara keamanan, kenyamanan serta kedatangan anda akan menjadi prioritas utama. Maluku Utara bukanlah Ambon seperti yang anda lihat ditayangan-tayangan televisi. Menyambangi Maluku Utara, sama seperti Anda menyambangi sebuah Surga di Kawasan Timur Indonesia.

1 komentar:

kasumi mengatakan...

Expedisi NKRI,.. i will go LABUHA