TERNATE-Polisi sejauh ini telah memeriksa sepuluh saksi terkait kasus peledakan bom di tiga lokasi berbeda di Ternate, Maluku Utara (Malut) pada Senin dini hari. Namun di antara kesepuluh saksi itu belum ada yang diarahkan sebagai tersangka.
"Kesepuluh saksi tersebut adalah yang diduga mengetahui terjadinya aksi peledakan bom di Ternate pada Senin dini hari, tapi di antara mereka belum ada yang mengarah sebagai tersangka," kata Kabid Humas Polda Malut AKBP Sih Harno.
Tiga bom rakitan yang berdaya ledak tinggi meledak di tiga lokasi berbeda di Ternate pada Senin dini hari tadi yakni di kediaman Gubernur Malut, di kantor Gubernur Malut dan kantor DPRD Malut. Ledakan bom tersebut tidak menimbulkan korban jiwa hanya menimbulkan kerusakan.
Kabid Humas mengatakan pihaknya masih terus mengembangkan penyelidikan atas kasus peledakan bom tersebut di antaranya dengan terus mengumpulkan bukti-bukti yang diharapkan dapat menjadi petunjuk untuk mengungkap motif serta pelakunya.
Warga Ternate juga diharapkan partisipasinya untuk mengungkap motif serta pelaku peledakan bom tersebut, di antaranya dengan cara segera melaporkan pada polisi kalau memiliki informasi yang ada hubungannya dengan kasus peledakan bom tersebut.
Ia juga menghimbau kepada masyarakat Ternate dan daerah lainnya di Malut agar tetap tenang dan jangan mengkhawatirkan keamanan dan ketertiban di daerah ini, karena polisi bersama unsur keamanan lainnya akan terus meningkatkan pengamanan.
Untuk menjamin keamanan dan ketertiban di Ternate, aparat kepolisian ditempatkan di berbagai lokasi strategis seperti perkantoran, fasilitas umum dan pusat-pusat perbelanjaan. Khusus di perkantoran, penjagaan melibatkan personel Brimob BKO dari Kelapa Dua Jakarta.
Soal sinyalamen bahwa aksi peledakan bom di Ternate pada Senin dini hari merupakan upaya dari pihak-pihak tertentu untuk mendiskreditkan kondisi di Ternate, Kabid Humas pihaknya belum melihat gejala ke arah itu.
Sinyalamen tersebut muncul karena tempat yang menjadi sasaran peledakan bom semuanya dijaga aparat keplosian. Artinya keberadaan polisi di tempat tersebut tidak mampu mengantisipasi adanya aksi peledakan bom.
Sejumlah kalangan di Malut mengaitkan kasus peledakan bom tersebut dengan masalah Pilkada Malut. Pasalnya tempat-tempat tersebut selama ini selalu menjadi sasaran aksi teror bom dari pihak-pihak yang terkait dengan masalah Pilkada Malut. (ant)
Selasa, November 04, 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar